Minggu, 05 Juni 2011

Hidup Bagaikan Jual-Beli

"Hidup bagaikan jual-beli" mungkin kalimat tersebut sangatlah aneh dan membingungkan, bahkan akan membawa pemikiran orang ke segala macam persepsi. Pemikiran dan persepsi orangpun akan bermacam - macam dan berbeda - beda di setiap individu.



Sistem ekonomi : seperti yang sekarang kita ketahui, di zaman yang seperti ini tak ada sesuatupun yang gratis. Bahkan untuk membuang sampah dan buang airpun harus bayar. Semuanya, baik barang, jasa, maupun fasilitas membutuhkan alat pembayaran, yaitu dalam hal ini adalah uang. Dari hal - hal yang kompleks ampai hal - hal yang remeh, sekarang membutuhkan sesuatu sebagai kompensasinya. Begitu pula halnya dengan kebaikan yang dilakukan manusia. Di era ini sangat jarang sekali ditemui orang yang benar - benar rela "Lillahita'ala" memberikan pertolongan kepada orang lain. Pasti dibalik sesuatu yang ia lakukan memiliki suatu tujuan yang menguntungkannya. Dalam kehidupan ini memang sangatlah sulit mendapatkan sesuatu yg gratis alias tanpa pengorbanan materi.


Namun sadarkah kita selama ini bahwa Alloh SWT memberikan nafas, detak jantung, rizqi, dan nikmat - nikmat lainnya dalam kehidupan kita semua???
Pernahkan kita berpikir bahwa itu semua tidaklah gratis???
Apakah Alloh memberikannya secara cuma - cuma???

Mungkin pernah terlintas di benak kita, "Alloh itu Maha Kaya dan Maha Pemurah, jadi tidak butuh imbalan (kompensasi) dari kita". Memang benar!!! Dan memang Alloh tidak butuh untuk kita sembah.


Berhentilah sejenak dan berpikir dari dasar :
Di sini diposisikan bahwa Alloh sebagai pembeli dan kita yang sebagai penjual.
Dalam pelajaran ekonomi, hal pertama yang dipertimbangkan adalah "what". Apa yang kita jual??? Dalam hal ini adalah yang kita jual kepada Alloh. Ada yang bilang jawabannya adalah tentu saja keimanan.
Lalu pertannyaanya adalah "Pantaskah keimanan kita dibeli oleh Alloh dengan Surga-Nya?? Seberapa besarkah iman kita?? Seberapa baikkah diri kita di hadapaan Alloh???

Apabila posisi kita sebagai pembeli : Untuk urusan di dunia saja tidak ada yang gratis, lalu bagaimanakah kita membayar nafas, detak jantung, kesehatan, rizqi, dan nikmat - nikmat yang diberikan oleh Alloh???

Namun Alloh telah memuliakan manusia dengan menempatkan kita sebagai penjual. Tapi apakah yang kita jual kepada Alloh layak untuk dibayar surga Alloh???



Mari kita renungkan......